Tuesday, June 29, 2010

Birds in glass jars

I'm not one for stuffed birds...

But how enchanting are these bird prints in glassed jars?


Via Martha Stewart


So easy ... and avoids the exorbitant cost of framing these days.

If you're putting antique prints, might be worthwhile to toss in the jars one of those water-sucking little pallets of silica...

Maybe if you're planning on using vintage prints, make a photocopy of them... that way you still keep your prints out of the destructive elements of moisture and sun...

I also think this could work with ANY prints. A project to come soon to see how this works out!

KuLiT Telur BerniLai seni TinGgi


EGG-ART

Siapa yang bisa mengira jika lukisan yang indah ini terbuat dari Sisa Kulit Telur?
Dengan kesabaran dan ketekunan serta jiwa seni yang tinggi dipdukan menjadi suatu hasil karya yang sangat indah.

DauR ULanG KeRtaS

KrEaSi DaRi StyeRoFoaM




indosiar.com, Bandar Lampung – Hari kasih sayang dirayakan oleh para remaja di Lampung dengan berbagai kado dan ucapan. Sejumlah seniman jalanan memanfaatkan momen tersebut dengan membuat pernak pernik kerajinan tangan khusus Valentine.

Uniknya, seluruh kerajinan tersebut dibuat dari bahan daur ulang. Kado Valentine ini diminati remaja karena sangat unik dan harganya terjangkau.
Ya, di tempat yang terkesan kumuh ini para seniman jalanan berkumpul menjajakan kado ucapan Valentine hasil karya mereka. Berbeda dengan kado Valentine umumnya, pernak pernik Valentine yang dijajakan ini dibuat dari barang bekas seperti limbah kaca, styrofoam dan pasir kuarsa.

Barang-barang bekas tersebut didaur ulang dan dilukis dengan menggunakan cat yang dicampur dengan lem kayu. Dengan ketrampilan tangan, para seniman jalanan ini berbagai barang bekas disulap menjadi hasil karya seni yang unik dan menarik.

Kado Valentine dari barang bekas ini diminati para remaja Lampung karena sangat unik dan harganya terjangkau. Kado ucapan Valentine ini dijual seharga lima belas hingga dua puluh lima ribu rupiah. Para pembelinya juga bisa memesan tulisan sesuai dengan selera mereka.
Peringatan hari kasih sayang memang mendatangkan berkah bagi para seniman jalanan di lorong kecil di Bandar Lampung ini. Biasanya mereka hanya mampu menjual karya seni hanya lima puluh ribu rupiah perhari, namun menjelang Valentine, omset mereka naik tiga kali lipat. (Fauzi Heri/Sup/Ijs)

PeLePaH PiSanG




Liputan6.com, Kulonprogo: Pelepah pisang bisa dijadikan bahan dasar kerajinan. Biasanya bagian pohon pisang yang dimanfaatkan adalah daun dan buahnya.

Seperti yang dilakukan Tukimin, warga Dusun Tanggulangin, Tanjungharjo Nanggulan, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta. Pelepah dipilin seperti tali tambang dengan panjang sampai beberapa meter. Setelah itu pelepah bisa dibuat tatakan piring hingga keset.

Kerajinan ini ternyata diminati pasar luar negeri yang senang dengan kerajinan ramah lingkungan. Saat ini Tukimin membuat minimal 2.500 buah kerajinan per bulan untuk dikirim ke Spanyol. Pasar lain yang juga melirik produk Tukimin adalah Hongkong dan Amerika Serikat.

Tukimin bekerjasama dengan pihak ketiga untuk memasarkan kerajinannya. Harga kerajinan produk Tukimin dijual mulai dari Rp 15 ribu sampai Rp 100 ribu per buah.(IAN)

MoNTe JePanG

AkSesoRis kaiN FLaneL

PeRnaK - PeRniK KaiN FLaNeL

KaCa BeKaS

KeRaJinaN EcenG GoNdoK



Eceng gondok ( Latin:Eichhornia crassipes) adalah salah satu jenis tumbuhan air mengapung. Selain dikenal dengan nama eceng gondok, di beberapa daerah di Indonesia, eceng gondok mempunyai nama lain seperti di daerah Palembang dikenal dengan nama Kelipuk, di Lampung dikenal dengan nama Ringgak, di Dayak dikenal dengan nama Ilung-ilung, di Manado dikenal dengan nama Tumpe.

Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya. Akhir-akhir ini perkembangan tumbuhan air enceng gondok di perairan sungai, danau, hingga ke perairan payau sangat pesat. Sekilas tanaman enceng gondok tidak berguna. Bagi masyarakat di sekitar pinggiran sungai, enceng gondok adalah tanaman parasit yang hanya mengotori sungai dan dapat menyebabkan sungai menjadi tersumbat atau meluap karena enceng gondok terlalu banyak. Begitu pula bagi para masyakat disekitar pinggiran danau yang menganggap enceng gondok yang banyak didanau adalah pengganggu yang menghalangi aktivitas mereka di danau tersebut.

KreaSi DaRi OnDerDiL BeKaS



Wow… Miniatur Kapal dari Barang Bekas
Liputan6.com, Solo: Barang-barang tak berguna biasanya selalu berakhir di tempat sampah. Namun di tangan seniman kreatif asal Solo, Jawa Tengah, sejumlah barang bekas seperti kardus, sterofoam, dan plastik dapat diubah menjadi karya seni bernilai tinggi. Karya tersebut antara lain miniatur kapal laut abad 19, kapal pesiar, dan kapal patroli polisi

Sempat bekerja di Palembang, sang seniman bernama Ari Cahyono itu kerap menaiki kapal laut dan singgah di pelabuhan. Dari situ, ia mulai mencintai berbagai jenis kapal laut. Ari pun berkeinginan untuk dapat memiliki salah satu kapal tersebut.

Mimpi Ari akhirnya terwujud. Walau hanya miniatur, ia berhasil membuat kapal impiannya dengan sejumlah barang bekas yang teronggok begitu saja di rumahnya. Keisengan itu ternyata berbuah manis. Kini order kapal miniatur buatan Ari kian banyak. Satu kapal kecil dijual Rp 80 ribu, sedangkan harga yang besar mencapai Rp 300 ribu.

Karya seni Ari terus dikenal dan mulai melanglang buana. Kapal-kapal miniaturnya sudah banyak terjual hingga keluar pulau Jawa. Jadi, jangan pernah takut bermimpi. Siapa tahu Anda pun dapat menuai kesuksesan seperti Ari.

KrEaSi DaRi aNeKa LiMbaaH



Kelompok Kerajinan Seruni Rajin Kreasikan Limbah “INI hasil karya kami,” kata Mul­yoati Soetikno, anggota senior Ke­lom­pok Kerajinan Seruni, sambil me­nunjukkan beragam kerajinan tangan. Misalnya, taplak, tas dari kain batik, dompet manik-manik, pigura karton bekas, dan hantaran dari karton bekas. Menurut perempuan 63 tahun itu, semua kerajinan tersebut dibuat sendiri oleh kelompoknya. Tapi, pembuatannya tidak difokuskan di satu lokasi. Artinya, setiap anggota dapat membuat keterampilan di rumah masing-masing. Kalau kreasi sudah jadi, baru ditunjukkan kepada anggota yang lain. “Kalau ada yang kurang atau tidak bisa, kami saling membantu,” jelasnya. Menurut Mul, kelompok yang membuat banyak kerajinan dari bahan limbah daur ulang tersebut baru berumur setahun. Jika sudah ber­kumpul untuk membuat kera­jinan, mereka berkonsentrasi mela­ku­kannya. “Tidak hanya berkumpul untuk guyonan,” ujar wanita kela­hiran Surabaya tersebut. Bahkan, mereka yang awalnya terdiri atas delapan orang itu kini beranggota 20 orang. Anggota mu­­da bermunculan. “Semuanya menyenangi kerajinan,” tutur nenek empat cucu tersebut. Apalagi, tidak ada kewajiban untuk berkumpul pada hari tertentu. “Biasanya, saya membuat kerajinan ya malam setelah bekerja,” kata Sri Asmaningsih. Meski sedang menonton tele­vi­si, dia tetap bisa produktif meng­hasilkan barang kerajinan yang dapat digunakan sebagai pajangan, bahkan dijual. “Daripada nonton televisi terus ngantuk, lebih baik bekerja lagi,” ungkap nenek seorang cucu tersebut. Wanita 55 tahun itu mengaku su­dah menguasai puluhan kerajinan tangan. “Telaten,” ujarnya tentang kunci pembuatan kerajinan. “Mi­sal­­nya, kotak dari sapu lidi yang dijahit dengan benang. Kita harus teliti dan telaten kan?” kata Mulyoati. Meski demikian, dia sering ”ke­hilangan” benang karena tidak pas me­ma­sukkan ke lubang jarum. “Pera­saan, benangnya sudah saya ma­sukkan. Eee ternyata belum ma­­suk ke lubangnya,” ujarnya lan­tas terta­wa. “Maklum, sudah tua,” sam­bungnya. Meski kejadian itu terjadi beberapa kali, dia tidak kapok untuk terus berkarya.

KreaSi DaRi KaSeT BeKaS


Menghargai Sampah

SP/Adi Marsiela

Dompet dengan aksesori kaset bekas menjadi salah satu produk yang dipamerkan di “Crafty Days#2: Recycle Attack” di Toko Buku Kecil (Tobucil).

Sekelompok anak muda Bandung mengajak masyarakat lebih menghargai sampah dengan cara berbeda. Wacana pemanasan global

dan perubahan iklim tidak menjadi isu utama. Malah, sampah itu sendiri yang jadi inspirasi untuk berbuat lebih baik untuk lingkungan.

Syalita Fawnia dan Pingkan Shinta misalnya, mencoba memberi nilai lebih dari kaset-kaset bekas. Dengan mengusung nama Kaen Tilas yang artinya kain bekas itu, mereka rangkai kaset-kaset itu dengan kain perca sisa sehingga menjadi dompet yang cukup unik bentuknya.

Tidak hanya itu, sesuai nama yang diusungnya, dua perempuan berusia 29 tahun ini juga membuat boneka berbentuk bebek dan binatang lainnya dari kain-kain sejenis. “Bahan kainnya, kita dapat dari penjahit yang sama tempat konveksi. Sekali dikasih, biasanya satu karung besar,” kata Syalita.

CD Bekas jadi Frame atau Tempat Foto




Percaya nggak kalau CD/DVD bisa menjadi barang yang bermanfaat bahkan menguntungkan? Bahkan CD/DVD bisa menjadi kerajinan yang berpeluang ekspor.

Coba bayangkan jika masing-masing orang di dunia ini memiliki 5 CD/DVD yang sudah tidak terpakai lagi.Tentu dunia ini akan dipenuhi CD/DVD bekas. Dari pada dibuang sayang, lebih baik kita mengkreasikannya menjadi barang yang menguntungkan. Peluang bisnis dari CD/DVD bekas ini sangat besar

Kerajinan dari CD/DVD bekas ini patut Anda coba karena pasarnya masih luas. Kerajinan ini memiliki keunikan tersendiri. Banyak kreasi yang bisa dihasilkan dari CD/DVD bekas ini. Seperti tempat tisu, bingkai foto, lampu, hiasan dinding, dan masih banyak lagi.
Bisnis ini dapat dilakukan oleh para pelajar atau orang tua. Artinya bisnis ini bisa dilakukan oleh semua kalangan.

Pasar untuk produk ini cukup luas. Produk yang dihasilkan memiliki variasi harga yang beragam. Harga produk yang dihasilkan tergantung dari tingkat kesulitan dalam membuatnya. Cara pembuatan yang mudah memiliki harga yang lebih rendah dari pada barang yang dibuat dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi.

Nah , Jika di rumah Anda terdapat banyak CD bekas, kenapa tidak Anda kembangkan menjadi produk yang berkualitas, daripada menambah tumpukan sampah.....
Kasihan Bumi kita, semakin sesak untuk bernapas....
Diolah dari berbagai sumber

KreaSi DaRi KoRaN BeKaS

KrEaSi DaRi LiMbaaH PLaStiK

TaS daRi AnYamaN

ReCycLe BoTtLe

KreaSi DaRi LimBaH KeRtaS DauR uLanG

Kreasi Dari KuLiT JaGunG

Kreasi Dari RoTaN

Monday, June 28, 2010

My new wardrobe!

A few weeks ago, it all came to a head. I was fed up. Could NOT take it any longer.

FED UP.

I forced-bundled husband and his sister and her husband into the car and we braved Ikea on the weekend (which is a stupid idea cos it's soooo crowded). We had to get something better RIGHT THERE AND THEN. I was FED UP.

For almost six months the three of us (husband, 4 year old and myself) were forced to store towels, linen and clothes in a ridiculously inadequate antique wardrobe. This chunky piece takes up so much room and offers not much in return. And remember...? Every piece in this 40.5m2 (440 sq.f) place has to count for itself.



Now I'm a sensible girl.

I'd love to have shelves and shelves for my shoe collection, like Paula Abdul;



but I don't have shelves and shelves and I don't collect shoes.

Would sure be fabulous to have Carrie's old walk in robe:



But again, no space. I love walk in robes though. Or walk through robes. It's a must have.

What about devoting an entire room to dressing and putting the daily face on?


Image from Elle Decor


A ottoman, a table, a mirror, shelves, large windows... how divine!

What about devoting a space just for my husband's gear?



Maybe one day!

What about an entire room dedicated to my collection of sunglasses?


Elton John's sunglass collection


I'd love to have an Ikea solution just for my clothes



But I need to share (for now!) with husband and Hannah.

What about to-die-for wallpaper lining this luxury-space?



But I had been researching wardrobe organisation for months before we actually went to Ikea. Have a look at what I kept for inspiration:

I did find a treasure trove in Martha Stewart (any surprise!?)... And the below are some of my favourite solutions:


I so wanted the Pax wardrobe accessories. I even asked my super-handy brother in law if he could amend it to fit the Elga, but it was a no-go (Ikea purposely make the Elga not fit the Pax accessories).

But I might be able to get a large but shallow box, hang some gliders and fit them with acrylic or coloured boxes to fit... for my belts, husband's ties, scarves etc etc.





I found these boot hangers très chic (although I only have one pair of boots!). When we move to our own home, I'm going to get these!!! (And more boots!)



Now this I am going to do. Attaching wooden dividers to the shelves to avoid messy shelves (which is very very very prone in this family.)



Here's a handy guide for which clothes to hang and which ones to fold... I am going to the cheapie-store to get some padded hangers!



I love this wardrobe organisation. So beautiful. Inspirational!

In short:
1. Start with a clean-out
2. Keep only what belongs (no suitcases, vacuum cleaners and sports equipment). If possible, store coats in a hall closet or on hooks in the mudroom or entryway.




3. Figure out the best configuration for your needs, judging from how many pieces of jackets/tops/pants/dresses you have.
4. Be flexible: Keep in mind that your wardrobe will change with the seasons and over time.




The best tips from Martha Stewart's Tips for Organizing Your Closets

1. Divide the closet into zones, and use three short rods rather than a single long one. Hang dresses, robes, and coats from one high rod; hang blouses and short items from another high rod, and skirts and folded slacks from a low rod below.
2. Group clothes by colour.
3. Make sure shelves are adjustable, (thanks, Ikea!).
4. Clean garments before storing them for the season. Sugar stains (such as wine) can set and spread over time.
5. Remove dry-cleaning bags, which trap moisture; use fabric bags instead.
6. Don't store wool or silk in airtight containers (they need to breathe).
7. Never let mothballs touch clothing; hang them in old socks or hosiery. If you suspect moth infestation, dry-clean clothes, and wash closet with mild soap and water.

I normally like to hang everything but these sweater boxes are very very very chic! (And neat). Maybe for the permanent-home solution.



Meanwhile, Martha Stewart recommends using the drycleaner's method: Fold sweater shoulder to shoulder and then drape over the bar of a sturdy wooden hanger.

Maybe I'll ditch all the non-pink items in our wardrobe:



Jump over to Willowbook Park on how to create the perfect gentleman's wardrobe. It's such an entertaining and enlightening read!



I wonder if that means on the other side of the bedroom above is the ladies' side.

Our Solution

I really wanted the Pax with all the trimmings... but since this small space will only contain our sanity for at MOST a year more, we decided to save the big spend for a more permanent home. We settled for the Elga.



Doors? Maybe... maybe not. For now I'm so enjoying having space for all our clothes. I'm so enjoying not missing the highly impractical previous wardrobe.

Saturday, June 26, 2010

Brambly Hedge on Etsy

If you've read my blog for a longer period, you'd realise I love specific children's books. I collect vintage children books on little houses and little mice ... my largest collection being Beatrix Potter, Brambly Hedge and of course, the wonderful House by Mouse by George Mendoza.



Etsy seller Ella from Jerusalem contacted me with her cutest little Brambly Hedge characters on Etsy.

Some of my favourite images from Jill Barklem's books are Dusty and Poppy's flour and dairy farms. Remember them?



Well, how enchanting are Ella's Dusty and Poppy? Perfect for a little girl :)



And what about Ella's happy Peter Rabbit from the Beatrix Potter characters?



Such the perfect gift for a baby shower! Jump over to Ella's Etsy store!

Wednesday, June 23, 2010

Chinese Chippendale Chairs

My husband today exclaimed in disdain at a set of Chinese Chippendale Chairs I am eyeing:

"When I see that, I think old, crusty Asian dining rooms. Bleh."

I'm sure Darling, if you saw this, yes, I'd agree, crusty on the side:



You can tell, can't you, that he is NOT in any way into interior design? If he was, he'd seen the plethora of these chairs in tres' chic rooms in blogland.

So this post is for him: Darling these chairs are not crusty (with a little loving and attention)!


Foyer: Set from Nanny Diaries



Dining room: Sherill Canet


The Chinese Chippendale chairs that have come back into vogue of recent are pared-down interpretations of real antique Chinese chairs. Dining chairs in China in the 1700s would have been heavy, chunky, ornate rosewood pieces. Garden chairs were fashioned from bamboo and cane.


Dining room: Sherill Canet


With Orientalism happening in the 1700s, chinoiserie started appearing in artwork, fabric, wallpaper, furniture. Mid-18th-century furnishings were so fancy and ubiquitous that in 1756, one waspish observer wrote, "Every chair in an apartment, the frames of [looking] glasses and tables must be Chinese: the walls covered with Chinese paper filled with figures which resemble nothing in God's creation, and which a prudent nation would prohibit for the sake of pregnant women."




Dining room: Thibaut Wallpapers


Thomas Chippendale started to marry the two (rosewood and bamboo) in the mid 1700s with his classically English pieces. These normally slender chairs are characterized by its pagoda motifs in the fretwork particularly on the back and the brackets beneath the seat rail.


Image from Jonathan Adler





Dining room: Elle Decor





Dining room: Elle Decor



Dining room: Mudrick




Still crusty, Darling?